Studi
Kepustakaan
Setelah
seorang peneliti telah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan kajian yang berkaitan dengan: teori yang berkaitan dengan topik
penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan
dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan
disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).
Keseluruhan upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya Studi Kepustakaan untuk
penelitian.
Istilah
studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya
yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan
tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk
pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan
dengan topik penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan,
maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian.
Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti:
mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Studi
kepustakaan mempunyai beberapa fungsi, meliputi:
1.
Menyediakan
kerangka konsepsi atau teori untuk penelitian yang direncanakan.
2.
Menyediakan
informasi tentang penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
akan dilakukan.
3.
Memberi rasa
percaya diri bagi peneliti, karena melalui kajian pustaka semua konstruksi yang
berhubungan dengan penelitian telah tersedia.
4.
Memberi informasi
tentang metode-metode, populasi dan sampel, instrumen, dan analisis data yang
digunakan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
5.
Menyediakan
temuan, kesimpulan penelitian yang dihubungkan dengan penemuan dan kesimpulan
kita.
Studi kepustakaan dari sumbernya dibedakan menjadi
dua bagian yaitu: kepustakaan konseptual dan kepustakaan penelitian.
Kepustakaan konseptual meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada
buku-buku dan artikel yang ditulis oleh para ahli yang dalam penyampaiannya
sangat ditentukan oleh ide-ide atau pengalaman para ahli tersebut. Sebaliknya
kepustakaan penelitian meliputi laporan penelitian yang telah diterbitkan baik
pada jurnal maupun majalah ilmiah.
Bagi
para pemula disarankan untuk menggunakan studi kepustakaan yang berasal dari
kepustakaan konseptual, untuk lebih memudahkan dalam merangkum dan
mengkategorikan teori, sesuai dengan kebutuhan pada saat akan membuat kerangka
konseptual.
Didasarkan
pada hal tersebut di atas, maka ada beberapa strategi dalam menyampaikan studi
kepustakaan:
1.
Ungkapkan kajian
pustaka yang benar-benar terkait erat dengan variabel penelitian.
2.
Ungkapkan kajian
pustaka dengan urutan dari mulai paparan variabel bebas sampai dengan variabel
terikat atau ungkapkan dari variabel yang cakupannya umum dan luas ke arah
variabel yang spesifik. Tentu saja secara luas dan nampak saling menyapa antar
paparan variabel tersebut dan bukan merupakan kumpulan kutipan sehingga tidak
menjadi suatu pola pemikiran yang menyeluruh.
3.
Dapat diungkapkan
hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik sampel dan demografinya, bila
memang dibutuhkan.
Kerangka Konsep
Penentuan
kerangka konseptual oleh peneliti akan sangat membantu dalam menentukan arah
kebijakan dalam pelaksanaan penelitian. Kerangka konseptual merupakan kerangka
fikir mengenai hubungan antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian
atau hubungan antar konsep dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti
sesuai dengan apa yang telah diuraikan pada studi kepustakaan.
Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.
Konsep dalam hal ini adalah suatu abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu, konsep tidak dapat diamati dan diukur secara langsung. Agar supaya konsep tersebut dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan terlebih dahulu menjadi variabel-variabel.
Dengan adanya kerangka konseptual akan bermanfaat bagi:
1.
Minat penelitian
akan lebih terfokus ke dalam bentuk yang layak diuji dan akan memudahkan
penyusunan hipotesis.
2.
Memudahkan identifikasi
fungsi variabel penelitian, baik sebagai variabel bebas, tergantung, kendali,
dan variabel lainnya.
Contoh “pendidikan” adalah konsep. Agar dapat
diukur maka dijabarkan dalam bentuk variabel, misalnya “tingkat pendidikan atau
jenis pendidikan”. “Ekonomi keluarga” adalah konsep, maka diubah menjadi
variabel “tingkat penghasilan”. Kedua konsep tersebut dapat disebut sebagai
variabel bebas. Sedangkan konsep lainnya dapat disebut sebagai variabel
terikat, misalnya perilaku membuang sampah. Konsep-konsep tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Interkorelasi konsep
Cara yang terbaik untuk mengembangkan kerangka
konseptual tentu saja harus memperkaya asumsi-asumsi dasar yang berasal dari
bahan-bahan referensi yang digunakan. Hal ini dapat diperkuat dengan mengadakan
amatan-amatan langsung pada lingkup area masalah yang akan dijadikan
penelitian. Dengan demikian kerangka konseptual yang dibuat merupakan paduan
yang harmonis antara hasil pemikiran dari konsep-konsep (deduksi) dan hasil empirikal
(induksi).
Pola
berpikir deduksi adalah proses logika yang berdasar dari kebenaran umum
mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada
suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang
bersangkutan. Pola pikir induksi adalah proses logika yang berangkat dari data
empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi
adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang
terpisah menjadi suatu rangkuman hubungan atau suatu generalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar