Suatu
landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga
disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya
tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian
atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para
ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru. Penulis harus belajar dan melatih
dirinya untyk mengatasi masalah-masalah yang sulit, bagaimana mengekspresikan
semua bahan dari bermacam-macam sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki
bobot ilmiah.
Biasanya
setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori, konsep-konsep dan
geenralisasi-generalisasi hasil penelitian yang bisa dijadikan sebagai landasan
teori untuk pelaksanaan penelitian.
Hoy
& Miskel (1987:2) mendefinisikan : "Theory is a set of interrealated
concepts, assumptions and generalizations that systematically describes and
explains regularities in behavior in organization"
Berdasarkan
definisi diatas dapat diartikan teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan
generalisasi yang logis yang berfungsi untuk mengungkapkan, menejlaskan dan
memprediksi prilaku yang memiliki keteraturan sebagai stimulan dan panduan
untuk mengembangkan pengetahuan.
Yang
dibahas pada bagian ini adalah teori-teori tentang ilm-ilmu yang diteliti.
Penyajian teori dalam landasan teori dianggap tidak terlalu sulit karena
bersumber dari bacaan-bacaan. Akibatnya terjadilah penyajian materi yang tidak
proporsional, yaitu mengambil banyak teori walaupun tidak mendasari bidang yang
diteliti.Jadi seharusnya teori yang dikemukakan harus benar-benar menjadi dasar
bidang yang diteiti. Selain itu, pada bagian ini juga dibahas temuan-temuan
penelitian sebelumnya yang terkait langsung dengan penelitian. Teori yang
ditulis orang lain atau temuan penelitian orang lain yang dikutip harus disebut
sumbernya untuk menghindari tuduhan sebagai pencuru karya orang lain tanpa
menyebut sumbernya. Etika ilmiah tidak membenarkan seseorang melakukan
pencurian karya orang lain.
Cara
mengutip karya atau sumber tertulis itu sebagai berikut.
Kutipan Langsung
Kutipan langsung ada dua macam, yaitu :
(a) Kutipan langsung yang terdiri atas tidak lebih dari 3 baris tau tidak lebih dari 40 kata ditempatkan didalam paragraf sebagaimana baris yang lain, tetapi diapit oleh tanda petik dua (“…”) yang dimulai atau ditutup dengan identitas rujukan.
Kutipan Langsung
Kutipan langsung ada dua macam, yaitu :
(a) Kutipan langsung yang terdiri atas tidak lebih dari 3 baris tau tidak lebih dari 40 kata ditempatkan didalam paragraf sebagaimana baris yang lain, tetapi diapit oleh tanda petik dua (“…”) yang dimulai atau ditutup dengan identitas rujukan.
Contoh
:
Tolla (1996:89) menegaskan “Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain.”
Cara yang lain adalah “Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain.” (Tolla, 1996:89).
Tolla (1996:89) menegaskan “Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain.”
Cara yang lain adalah “Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi yang lain.” (Tolla, 1996:89).
(b) Kutipan langsung yang terdiri
atas lebih dari 3 baris atau lebih dari 40 kata diketik dalam paragraf
tersendiri dengan spasi tunggal yang didahului dan ditutup dengan tanda
petik dua (“…”) dan dimulai pada ketukan ketujuh.
Contoh :
“Perihal perbedaan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus diwarnai oleh aktivitas berbahasa secara dinamis dan kreatif. Keaktifan secara intelektual tanpa disertai dengan keaktifan verbal tidak dapat dikatakan CBSA dalam pengajaran bahasa karena hakikat bahasa adalah tuturan lisan yang kemudian dikembangkan menjadi aturan lisan dan tulisan. Oleh karena itu, CBSA dalam pengajaran bahasa harus dimuati dengan kreativitas berbahasa sehingga nama yang poaling tepat adalah CBSA Komunikatif.”
“Perihal perbedaan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus diwarnai oleh aktivitas berbahasa secara dinamis dan kreatif. Keaktifan secara intelektual tanpa disertai dengan keaktifan verbal tidak dapat dikatakan CBSA dalam pengajaran bahasa karena hakikat bahasa adalah tuturan lisan yang kemudian dikembangkan menjadi aturan lisan dan tulisan. Oleh karena itu, CBSA dalam pengajaran bahasa harus dimuati dengan kreativitas berbahasa sehingga nama yang poaling tepat adalah CBSA Komunikatif.”
Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung umumnya tampil bervariasi;
bergantung kepada gaya bahasa penulis. Setiap penulis mempunyai cara
sendiri-sendiri mengungkapkan kembali ide atau konsep orang lain didalam
tulisannya. Ada penulis yang memberi komentar lebih panjang, tetapi ada yang
menyatakannya dengan singkat. Kutipan tidak langsung tidak perlu disertai
dengan halaman buku sumber, cukup dengan mencantumkan nama penulis yang diikuti
dengan tahun terbitan buku sumber.
Contoh :
Tolla (1996) mengemukakan bahwa metode CBSA dalam
pengajaran perlu dibedakan dengan metode CBSA dalam bidang studi yang
lain kerena pengajaran bahasa mempunyai karakteristik khusus yang berbeda
dengan bidang studi yang lain.
Cara Lain :
Penerapan metode CBSA dalam pengajaran bahasa harus
dibedakan dengan penerapannya dalam budang studi yang lain dengan alasan bahwa
karakteristik pengajaran bahasa adalah penggunaan bahasa secara dinamis
dan kreatif (Tolla, 1996).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar