Selasa, 02 Juni 2015

Populasi dan Sampel


Populasi seperti dikatakan Suharsimi (1993), adalah keseluruhan subyek penelitan. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Scarvia B. Anderson (1975) mengatakan, “A population is a set (or collection) of elements possessing one or more attributes of interest.” Sedangkan Husein (2002) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang memunyai karakteristik tertentu dan kesempatan sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan Singarimbun (1989), berpendapat populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
Menurut Suharsimi (1993), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan Husein (2002), berpendapat bahwa sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Sekaran (2003) menilai, hampir seluruh populasi diambil sebagai sampel. Dan menurut Roscoe (dalam Sekaran, 2003) ukuran sampel lebih besar dari 30, dan kurang dari 500 adalah jumlah yang cocok untuk hampir semua jenis penelitian.
Pada umumnya masalah sampling timbul apabila peneliti bermaksud untuk:
1. Mereduksi obyek penyelidikannya dengan mengambil sebagian obyek gejala atau kejadian yang dimaksudkan saja.
2. Peneliti ingin mengadakan generalisasi dari hasil penyelidikannya. Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan-kesimpulan kepada obyek-obyek gejala atau kejadian-kejadian yang lebih luas daripada obyek-obyek gejala maupun kejadian-kejadian yang diselidiki.

1. Petunjuk mengambil sampel
a. Daerah generalisasi
Yang terpenting di sini adalah menentukan terlebih dahulu luas populasi sebagai daerah generalisasi. Selanjutnya barulah menentukan sampel dari daerah penelitian itu. Contoh yang penting untuk diperhatikan, jika kita ingin menyelidik hanya satu kelas dalam sebuah sekolah, jangan perluas pengambilan sampelnya hingga ke kelas-kelas lain. Apalagi meluaskannya hingga menyimpulkan sekolah-sekolah lain.

2. Penegasan sifat-sifat dan batas-batas populasi
Bila luas daerah generalisasinya telah ditetapkan, haruslah segera diikuti dengan penegasan tentang sifat-sifat populasinya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan adanya validitas dan reliabilitas penelitian.

3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasi secara rinci, dapat diperoleh melalui bermacam-macam sumber informasi sepuytar populasi yang dituju. Misalnya menelisik sensus penduduk, atau dokumen yang disusun oleh instansi dan organisasi.

4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Dalam konteks ini, penelitian pada dasar tidak membatasi besar atau kecilnya sampel yang harus diambil.

5. Teknik-teknik Sampling
a. Teknik random sampling (probability sampling).
Yaitu pengambilan sampling secara acak. Atau teknik pengambilan sampel semua individu dalam populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Semua sampel diberi kesempatan sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Pelaksaan teknik ini dapat berupa:
1) Undian
2) Ordinal. Yaitu dengan memilih nomor-nomor genap atau gasal atau kelipatan tertentu melalui pembuatan daftar yang berisi semua subyek, obyek peristiwa atau kelompok yang akan diselidiki, lengkap dengan nomor urutnya.
3) Randomisasi dari tabel bilangan random. Cara ini menuntun para peneliti untuk memilih anggota sampel dengan langkah menjatuhkan pensil secara sembarang pada petak-petak tabel yang berisi nomor-nomor, hingga diperoleh sebanyak anggota yang dibutuhkan.
b. Teknik non random sampling (non probability sampling).
Yaitu cara pengambilan sampel yang tidak memberi semua anggota populasi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian-penelitian pendidikan maupun psikologi, adakalanya menggunakan teknik ini, karena mempertimbangkan faktor-faktor tertentu. Misalnya: faktor umur, tingkat kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lain-lain.

6. Cara menentukan jumlah sampel
Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi yang ada, peneliti dapat menggunakan rumus Slovin (Husein Umar,SE,MM, 2002:146):
21NeNn+=
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e= Prosen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.
Contoh:
Jika jumlah populasinya 245, lalu berapakah jumlah populasi minimal yang harus diambil dengan taraf sign 10 % ?
Jawabannya adalah sebagai berikut:
2)1,0(2451245+=n
n = 71
Sedangkan menurut Naresh K. Malhotra (1993), untuk menentukan ukuran sampel dari populasi, ditetapkan sesuai dengan variabel atau butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian. Menurutnya, jumlah sampel (responden) paling sedikit 4 atau 5 kali jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian.
Misalnya, dalam sebuah penelitian menggunakan 15 variabel, maka besar sampelnya minimal 60 orang (15×4). Dengan demikian, jumlah 60 sampel responden dianggap sudah memenuhi syarat.
Cara menghitung sampel yang paling mudah adalah dengan menggunakan formulasinya Sekaran (2003). Dalam tabel simulasinya Sekaran telah menentukan jumlah sampel minimal yang harus diambil jika seseorang mengadakan penelitian.
Berikut ini tabel simulasi Sekaran:

Tabel: 3 Table for Ditermining Sample Size from a Given Population

N
s
N
s
N
s
10
10
220
140
1200
291
15
14
230
144
1300
297
20
19
240
148
1400
302
25
24
250
152
1500
306
30
28
260
155
1600
310
40
32
270
159
1700
313
45
36
280
162
1800
317
50
40
290
165
1900
320
55
44
300
169
2000
322
60
48
320
175
2200
327
65
52
340
181
2400
331
70
56
360
186
2600
335
75
59
380
191
2800
338
80
63
400
196
3000
341
85
66
420
201
3500
346
90
70
440
205
4000
351
95
73
460
210
4500
354
100
76
480
214
5000
357
105
80
500
217
6000
361
110
86
550
226
7000
364
120
92
600
234
8000
367
130
97
650
242
9000
368
140
103
700
248
10000
370
150
108
750
254
15000
375
160
113
800
260
20000
377
170
118
850
265
30000
379
180
123
900
269
40000
380
190
127
950
274
50000
381
200
132
1000
278
75000
382
210
136
1100
285
1000000
384
                           N: Population sizes.
                           S: Sample size.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar