Jumat, 05 Juni 2015

PENGERTIAN METODOLOGI


Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara umum atau luas  metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad (1961), mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid di sekolah.Pasaribu dan simanjutak (1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.
Pengertian organisasi dan metode secara lengkap adalah Rangkaian  proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang sah ditetapkan.

B.    PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupak an suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.  Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk melakukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia  yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
Adapun tujuan Penelitian adalah penemuan, pembuktian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
  1. Penemuan. Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data-data yang baru yang belum pernah diketahui.
  2. Pembuktian. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu.
  3. Pengembangan. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Kegunaan penelitian dapat dipergunakan untuk memahami masalah, memecahkan masalah, dan mengantisipasi masalah.
1.  Memahami masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya diketahui.
2. Memecahkan masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk meminimalkan atau menghilangkan masalah.
3. Mengantisipasi masalah. Data yang diperoleh dari penelitian digunakan untuk mengupayakan agar masalah tersebut tidak terjadi.
C.     Langkah Dalam Metode Ilmiah
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.
Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
2.Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-malalah yang ingin dipecahkan.
3. Membangun sebuah bibliografi.
4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hu-bungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
8. Menentukan apakah data atau bukti yang dipertukan tersedia atau tidak.
9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
15. Menulis laporan penelitian.



Jenis-jenis metode penelitian kuantitatif menurut  para ahli diantaranya adalah:
  1. Metode Deskriptif
Menurut Whitney (1960),  metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku salam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan  objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Best, 1982:119) [1].
  1. Metode Komparatif
Metode Komparatif adalah metode yang digunakan dalam  penelitian  yang  diarahkan  untuk mengetahui apakah antara dua variable ada perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada manipulasi dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alami, dengan mengumpulkan data dengan suatu instrument. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan  variable yang diteliti [2].
  1. Metode Korelasi
Metode Korelasi adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti. Penelitian dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu  [3].
  1. Metode Survei
Menurut Zikmund (1997) “metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan”, menurut Gay & Diehl (1992) “metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara”, sedangkan menurut Bailey (1982) “metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan – tertulis atau lisan” [4].
  1. Metode Ex Post Facto
Metode Ex post Facto adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu mengakibatkan variable tertentu  [5].
  1. Metode True Experiment
Dikatakan true experiment (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang  mempengaruhi  jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random [6].
7.   Metode Quasi Experiment
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen  [7].

8.    Metode subjek Tunggal
Eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal  [8].
Referensi:
[1] Alfa Rizki, Metode Penelitin Deskriptif (Online: http: // alfaruq2010. Blogspot . com )
[2] Vina Bastian, Macam-Macam Metode Penelitian (Online: http://vinabastian.blogspot.com)
[3] Dede Yahya, Pengertian Metode Peneleitian Dan Jenisnya (Online: http://www.dedeyahya.com)
[4] Setiawan, Pengertian dan Definisi Metode, Penelitian dan Metode Penelitian (Online: (http://setiawantopan.wordpress.com)
[5] Ibid
[6] Hayatuddin Fataruba, Mengenal Metode Penelitian Eksperimen (Online: http: //trietigha. blogspot.com/)
[7] Ibid
[8] Ka Robby, Konsep Dan Macam-Macam Metode Penelitian (Online: http://karobby. wordpress.com)


Jenis penelitian kualitatif.
 Berikutini adalah penjelasan dari jenis-jenis penelitian tersebut.
1.   Metode Etnografi
 Menurut Miles & Hubberman seperti yang dikutip oleh Lodico,  Spaulding & Voegtle dalam bukunya Methods in Educational Research From  Theory to Practice, disebutkan bahwa etnografi berasal dari bahasa Yunani ethos
dan graphos. Yang berarti tulisan mengenai kelompok budaya. Sedangkan
Menurut Le Clompte dan Schensul etnografi adalah metodepenelitian  yang  bergunauntuk menemukan pengetahuan yang terdapat atau terkandung dalam suatu budaya atau  komunitas tertentu[1].
2.    Metode Fenomenologi
Istilah fenomenologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu phainomenon
(penampakkan diri) dan logos (akal). Ilmu tentang penampakan berarti
ilmu tentang apa yang menampakkan diri pada pengalaman subjek. Donny Gahrial
Adian dalam buku Pengantar Fenomenologi menyebutkan bahwa fenomenologis adalah sebuah studi tentang fenomena-fenomena atau apa saja yang tampak[2]. Dengan kata lain fenomenologi merupakan mendapatkan penjelasan tentang realitas yang tampak.
3.    Metode Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakanpengujian  secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satutempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982)membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkanperhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci[3].
4.    Metode Teori Dasar
Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitiandasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui[4].
     5. Metode Studi Kritis
Metode Studi kritis adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang berkembang dari teori kritis, feminis, ras dan pascamodern yang bertolak dari asumsi bahwa pengetahuan bersifat subjektif. Peneliti kritis memandang bahwa masyarakat terbentuk oleh orientasi kelas, status, ras, suku bangsa, jenis kelamin dan lain-lain. Peneliti feminis biasanya memusatkan perhatiannya pada masalah jender, ras, sedangkan peneliti pascamodern memusatkan pada institusi sosial dan kemasyarakatan[5].
     6. Metode Analisis Konsep
Menurut Peter Salim dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990:61) analisis
adalah
 penyelidikan terhadap suatu peristiwa ( perbuatan, karangan dan sebagainya ) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal-usul, sebab, penyebab,
sebenarnya, dan sebagainya)”[6].
Sedangkan pengertian konsep menurut Woodruf  adalah suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatupengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda)[7].
 Daridua definisi tersebut kita dapat simpulkan bahwa definisi metode analisis konsep adalah penelitian yang memfokuskan kepada suatu konsep yang telah ada
sebelumnya, agar dapat di fahami, digambarkan, dijelaskan dan implementasinya
di lapangan.
      7.Metode Analisis Sejarah
Metode analisis sejarah atau penelitian historis menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim  Riyanto, 1996: 22 dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. [8]

Referensi
[1] Nana,Penelitian Etnografi, (Online: http://catatannana.blogspot.com)
[2] Ucu,Penelitian Fenomenologi (Online: http://ucusps2010.blogspot.com)
[3] ErnaFebru Aries S., Metode Penelitian Studi Kasus (Online: http://ardhana12.wordpress.com)
[4] Yulia Hadi Metri, Macam-Macam Metode Penelitian Menurut Berbagai Referensi
(Online: http://yhmetri-physics.blogspot.com)
[5] Vina Bastian, Macam-Macam Metode Penelitian (Online: http://vinabastian. blogspot.com)
[6] Rimaru, Pengertian Konsep Analisis Menurut para ahli (Online: http://rimaru.web.id)
[7] ________, Pengertian Definisi Konsep Menurut Para Ahli (Online: http://carapedia.com)
[8] Mukhlis, Definisi Metode Dalam Penelitian Menurut Para Ahli (Online: www.mukhlis.web.id)




ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN

Kecenderungan ingin tahu manusia
Setiap manusia dikarunia oleh Penciptanya akal budi yang menjadi ciri pembeda antara manusia dengan mahluk lain ciptaan Tuhan. Kelebihan ini membawa manusia pada suatu sifat dasar yaitu sifat ingin mengetahui. Rasa ingin tahun oleh manusia diiplementasikan dalam suatu kegiatan yang lazim disebut penelitian. Hasil akhir yang diinginkan dari proses bekerjanya akal budi melalui kegiatan meneliti adalah sebuah kebenaran. Dengan demikian secara sederhana penelitian pada dasarnya adalah cara menemukan kebenaran.
Manusia setiap saat mendambakan kebenaran, oleh karena itu kegiatan meneliti sebagai wadah menuju kebenaran tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mengapa manusia mendambakan kebenaran ? Dalam banyak kajian filsafat diterima bahwa jiwa manusia berasal dari Zat Yang Maha Benar, oleh karena itulah dorongan untuk menemukan kebenaran selalu ada dalam diri manusia.
            Proses mencari kebenaran (baca : meneliti) bisa dilakukan dalam banyak cara. Mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti penemuan secara kebetulan, trial and error (coba-coba) sampai pada sebuah cara yang sangat rumit, sistematis dan memiliki prosedur yang ketat. Cara yang terakhir ini dipergunakan untuk mencari sebuah kebenaran yang teruji dan terukur, yang lazim disebut sebagai ilmu pengetahuan. Metode yang dipergunakan untuk menemukan kebenaran ilmu biasa disebut dengan metode ilmiah.

Perkembangan rasa ingin tahu manusia
            Rasa ingin tahu manusia berkembang terus dari zaman ke zaman seiring dengan berkembangnya peradabatan manusia tersebut.  Setidaknya ada tiga  tahap perkembangan rasa ingin tahu manusia, yakni :
1. tahap mistis
            Pada tahap ini manusia merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sektiranya. Mereka belum tahu seluk beluk dan rahasia susunan dan kekuatan alam yang mengitarinya, sehingga mereka takut, cemas dan selalu merasa terancam oleh alam di sekitarnya. Mereka tidak mengetahui penyebab terjadinya banjir, hujan, petir, penyakit menular dan fenomena alam lainnya.
            Untuk mengendalikan fenomena tersebut mereka merayu dan membujuk alam yang mereka anggap dominant itu melalui pemujaan, sesajen dan berbagai ritual atau penghormatan.

2. tahap ontologis
            Pada tahap ini manusia tidak lagi merasa dirinya terkepung atau terancam oleh kekuatan-kekuatan gaib, justru mulai mengenal dan menelaah gejala-gejala alam, melihat hubungan sebab akibat antara satu fenomena alam dengan fenomena lainnya. Pada tahap ini mereka sudah memahami secara rasional sebab-sebab terjadinya suatu fenomena alam.

3. tahap fungsional
            Manusia telah mampu memanfaatkan dan memfungsikan potensi alam untuk kepentingan kehidupan mereka sehari-hari. Kekuatan air dimanfaatkan untuk mengairi sawah bahkan sampai menghasilkan energi listrik.
            Kegiatan mencari tahu melalui penelitian yang sistematis mulai berkembang pada tahap ontologis. Pada tahap ini manusia sudah melakukan kajian-kajian dengan mempergunakan kekuatan akal budinya, dan melepaskan diri dari kekuatan-kekuatan mistis yang dianggap mengekang dirinya.

Cara Menemukan Kebenaran
            Dalam usaha manusia mencari dan menemukan kebenaran, ditempuh sejumlah cara, antara lain :
1. Penemuan secara kebetulan
            Karakter utama dari cara ini adalah penemuan tentang kebenaran datangnya tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu. Keadaannya tidak pasti, tanpa ada suatu proses atau cara kerja yang sistematis dan terukur dan tidak selalu memberi gambaran kebenaran.

2. Trial and Error
            Cara ini sudah mempergunakan usaha percobaan untuk menemukan sebuah kebenaran, akan tetapi percobaan tersebut tidak dilandasi oleh suatu cara berpikir atau proses yang dipersiapkan secara sistematis. Dengan demikian hasil dari percobaan tersebut tidak bisa diperhitungkan sebelumnya. Percobaan dilakukan terus sampai sebuah kebenaran ditemukan. Artinya jika suatu percobaan gagal, maka percobaan lain tetap terus dijalankan dengan mempelajari kegagalan pertama, demikian seterusnya sampai kebenaran ditemukan.
            Karakter dominant dari metode ini adalah sama dengan penemuan secara kebetulan yaitu datangnya kebenaran tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Hanya saja cara ini sedikit lebih maju, meskipun kebenaran sebagai hasil akhir diharapkan dengan sikap untung-untungan.

3. Otoritas/ Kewibawaan
            Cara menerima kebenaran melalui cara ini tidak membutuhkan upaya yang kritis. Sebuah kebenaran diterima begitu saja karena dikeluarkan oleh seseorang atau lembaga yang memiliki kekuasaan atau otoritas atau kewibawan atas sesuatu. Orang lain yang berada di luar kekuasaan, otoritas atau kewibaan tersebut hanya menerima kebenaran yang dianggap benar oleh otoritas tersebut.

4. Pemecahan secara spekulasi
            Cara ini merupakan bentuk lebih maju dari trial and error. Dalam pemecahan spekulasi orang yang mencari kebenaran melalui cara ini sudah memiliki sejumlah asumsi tentang cara penyelesaian masalah yang dihadapi, akan tetapi tetap saja orang tersebut tidak memiliki keyakinan atas pilihan-pilihan penyelesaian yang mungkin lahir sebagai kebenaran. Pengujian dilakukan spekulatif dengan harapan bahwa cara tersebutlah yang diharapkan benar, jika ternyata tidak maka alternative lain yang sudah disediakan/ dipikirkan sebelumnya dicoba dengan harapan yang sama.
            Perbedaannya dengan trial and error adalah cara penyelesaian spekulatif sifatnya lebih sistematis, karena sebelumnya sudah dipikirkan sejumlah alternative pemecahan masalah. Sementara dalam trial and error tidak dipersiapkan sebelumnya sejumlah alternative penyelesaian. Jika percobaan salah dipikirkan kembali yang mungkin benar dan baru kemudian  dicoba.

5. Berpikir kritis berdasarkan pengalaman
            Dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya, cara ini jauh lebih maju. Cara ini sudah mempergunakan kemampuan berfikir atas suatu logika tertentu. Misalnya dengan mempergunakan logika silogysme si peneliti menyusun premis-premis umum dan kemudian menyusun  premis khusus yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman empiris. Kemudian berdasarkan premis-premis tersebut ditarik sebuah kesimpulan untuk menemukan kebenaran.
           Cara ini merupakan cikal bakal metode ilmiah yang sifatnya lebih kompleks, lebih sistematis dan lebih terukur. Cara berpikir kritis berdasarkan pengalaman dapat dikatakan sebagai metode ilmiah dalam bentuk yang sangat sederhana.

6. Metode Penelitian Ilmiah
            Metode ilmiah merupakan cara tertinggi untuk mendapatkan kebenaran dalam dunia keilmuan. Cara ini sangat kompleks, tersusun secara sistematis, dilandasi oleh logika tertentu, didukung oleh bukti-bukti empiris, bersifat objektif dan penarikan kesimpulan dilakukan secara terukur atau terkontrol. Metode ilmiah dengan demikian memadukan logika penalaran deduktif dan induktif dalam suatu rangkaian kegiatan yang tersusun secara sistematis.

Metode (Penelitian) Ilmiah

            Dalam pengertian yang sederhana metode (penelitian) ilmiah dapat dikatakan sebagai proses berfikir untuk mencari atau menemukan kebenaran ilmu pengetahuan. Karakteristik dominan dalam metode (penelitian) ilmiah adalah berdasarkan pada fakta, bebas dari prasangka, analitis, menggunakan ukuran objektif dan menggunakan tehnik kuantifikasi. Oleh karena itu metode ilmiah selalu diasosiasikan dengan penelitian kuantitatif.
            Proses kerja dari sebuah penelitian ilmiah selalu disebut dengan istilah logica-hypotetica-verificative. Istilah ini menggambarkan sequensitas atau urutan sistematis dari serangkaian kegiatan. Paling tidak istilah ini menggambarkan tiga urutan kegiatan yaitu penyusunan logika, penyusunan hipotesis dan verifikasi data.
            Logika dalam hal ini adalah sejumlah hasil penalaran atau kebenaran yang sudah disusun atau ditemukan para peneliti terdahulu yang dijadikan sebagai dasar analisis atau pisau analisis terhadap data-data yang akan dikumpulkan kemudian. Dalam praktek penelitian ada yang menamakan proses ini sebagai studi pustaka, atau kajian pustaka, atau ada pula yang menyebutnya sebagai landasan teoritis. Apapun nama yang disebutkan pada dasarnya logico adalah penyusunan dasar-dasar pengetahuan yang akan dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam melakukan verifikasi atau analisis data empiris. Jika dipandang dari segi ilmu, logico adalah sebuah kegiatan penalaran deduktif, yakni sebuah logika penalaran yang bermula dari kebenaran yang bersifat umum menuju kebenaran yang bersifat khusus.    
            Hypotetica adalah penyusunan hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang diajukan oleh si peneliti. Hypotesis inilah yang akan diuji kebenarannya dan hasilnya adalah kebenaran. Hipotesis yang diajukan setelah diuji bisa diterima sebagai kesimpulan yang benar, sebaliknya bisa pula ditolak sebagai jawaban yang benar.
            Namun meskipun demikian, patut dipahami bahwa tidak semua penelitian harus memiliki hypotesis (lebih lanjut akan dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Hanya terhadap penelitian yang menguji kebenaran suatu teori atau untuk menguji hubungan antar variable penelitianlah yang wajib mencantumkan hipotesis. Sedangkan penelitian yang tidak ditujukan untuk menguji teori atau hubungan antar variable tidak wajib mencantumkan hipotesis.
            Verifikatif adalah kegiatan untuk menguji kebenaran landasan teoritis atau hubungan keterkaitan antar variable berdasarkan pada data-data atau fakta empiris yang telah dikumpulkan dalam sebuah kegiatan penelitian. Jika dilihat dari perspektif ilmu, maka dapat dikatakan kegiatan verifikatif merupakan bentuk kegiatan penalaran atau logika induktif yakni penarikan kesimpulan dari kebenaran yang bersifat khusus menuju kebenaran yang lebih umum.
            Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa metode ilmiah yang berpegang teguh pada proses logico-hypothetica-verificative adalah perpaduan antara penalaran/ logika induktif dan deduktif. Perpaduan kedua logika inilah menyebabkan metode ilmiah dikatakan sebagai cara terbaik untuk menemukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
            Jika diuraikan lebih rinci, maka proses logico-hypothetica-verificative dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.   perumusan masalah,
Permasalahan adalah pertanyaan mengenai objek empiris yang memiliki batas yang jelas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
Untuk sebuah penelitian deskriftive dimana peneliti hanya dituntut untuk menguraikan gejala-gejala yang terjadi dan menganalisis gejala tersebut pertanyaan cukup sederhana dan umumnya tidak sampai pada tingkat masalah (problem). Oleh karenanya peneliti kurang dituntut untuk mencari atau menemukan penyelesaian atas problem tersebut. Perumusan masalah  dalam hal ini umumnya didahulu dengan kata Tanya apakah (what), berapa banyak (how many), siapa (who) atau bagaimanakah (how).
Contoh : Apakah manfaat Perjanjian Damai antara RI dengan Gerakan Aceh Merdeka bagi Negara Kesatuan RI ?
      Berbeda dengan sebuah penelitian preskriftive analitis dimana peneliti dituntut untuk menemukan sebuah penyelesaian, jadi tidak sekedar menggambarkan gejala saja. Dalam hal ini permasalahan yang dirumuskan berupa problematika yang membutuhkan penyelesaian. Permasalahan demikian biasanya dimulai dengan kata tanya mengapa (why). Dengan kata tanya ini berarti dalam masalah terdapat perbedaan antara keadaan ideal atau seharusnya dengan kenyataan yang terjadi.
Contoh : Mengapa terjadi ketidak pastian hukum dalam pengaturan perijinan penanaman modal di Indonesia ?

2. Studi pustaka untuk merumuskan kerangka berfikir dalam pengujian hipotesis
            Studi pustaka atau studi teoritis merupakan rangkaian argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan factor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
            Dalam praktek, kegiatan studi pustaka dapat saja terjadi bersamaan dengan perumusan permasalahan. Hal ini terjadi misalnya karena peneliti sudah memiliki gambaran umum permasalahan tetapi belum memiliki keyakinan yang pasti tentang masalah yang akan dirumuskan, sehingga studi pustaka akan sangat membantu perumusan masalah kearah yang lebih tepat.

3. Perumusan hipotesis
            Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan jawaban atas pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan dari hasil studi pustaka.
            Perlu untuk ditekankan sekali lagi bahwa tidak semua penelitian mutlak memerlukan hipotesis. Hipotesis wajib pada penelitian yang bertujuan untuk menguji hubungan antar variable penelitian atau pada penelitian preskriftive yang bertujuan untuk merumuskan sebuah pemecahan masalah yang teruji kebenarannya atas sebuah problematika yang sedang terjadi.

4. Merumuskan model untuk menguji hipotesis
            Kegiatan ini tentunya diperlukan bagi bentuk-bentuk penelitian yang mutlak membutuhkan hipotesis. Sebelum hipotesis diuji haruslah terlebih dahulu disusun sebuah model untuk menguji kebenran hipotesis. Salah satu model untuk uji hipotesis misalnya dengan menggunakan metode uji statistic, yang banyak dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial atau ekonomi. Atau dalam ilmu pasti dengan menggunakan rumus atau formula tertentu untuk menguji hipotesis.    

5. Mengumpulkan data
            Data sangat diperlukan untuk menguji hipotesis. Data dapat dikumpulkan dengan menggunakan sejumlah metode pengumpulan data tergantung pada jenis data yang akan dikumpul serta metode penelitian yang akan dikumpulkan. Misalnya dalam penelitian kuantitatif banyak dipergunakan metode pengumpulan data melalui quesioner atau angket yang diedarkan kepada responden penelitian. Dalam penelitian kualitatif misalnya dipergunakan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Lebih lanjut masalah ini akan dibahas pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

6. Menyusun, menganalisis atau mengiterpretasi data
            Setelah data terkumpul kemudian data tersebut disusun secara sistematis untuk memudahkan proses analisis data. Penyusunan data dapat dilakukan dengan menggunakan table, diagram, atau dengan menggunakan bantuan computer. Setelah data tersaji dan dianalisis kemudian data tersebut diinterpretasikan oleh Peneliti.

7. Penarikan kesimpulan
            Kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian terdapat cukup fakta yang mendukung hipotesis maka hipotesis diterima. Sebaliknya apabila dalam pengujian ternyata banyak fakta yang tidak mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak. Hipotesis yang diterima inilah kemudian diterima sebagai sebuah kebenaran dalam perspektif ilmu pengetahuan. Dengan demikian dalam sebuah penelitian ilmiah antara permasalahan, hipotesis dan kesimpulan wajib konsisten satu dengan yang lain.

Kedudukan Penelitian Ilmiah dalam Struktur Ilmu Pengetahuan
Dalam kajian filsafat ilmu pengetahuan, diterima secara umum bahwa tubuh ilmu pengetahuan terbagi dalam tiga pilar utama, yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi adalah sebuah bidang kajian yang mempelajari tentang hakekat yang dikaji oleh sebuah ilmu pengetahuan atau cabang ilmu pengetahuan. Singkatnya apa saja yang dipelajari dalam satu ilmu pengetahuan tertentu merupakan kajian ontologis atas ilmu pengetahuan tersebut. Berdasarkan kajian inilah kita bisa memahami bahwa ilmu hukum dalam arti yang sederhana mengkaji kaidah-kaidah hukum yang mengatur kehidupan masyarakat agar kehidupan tersebut tertata sedemikian rupa sehingga tercipta kehidupan yang aman, tertib dan moderen.
Epistemologi adalah sebuah kajian mengenai cara sebuah pengetahuan mencari atau mendapatkan kebenaran. Bidang kajian inilah yang memiliki hubungan keterkaitan langsung dengan metode penelitian. Sebuah ilmu pengetahuan harus memiliki cara tertentu untuk menemukan kebenaran. Dengan demikian metode penelitian adalah syarat wajib bagi sebuah ilmu pengetahuan. Oleh karena setiap ilmu pengetahuan memiliki karakter tertentu yang membedakannya dengan ilmu pengetahuan lain, maka adalah hal yang wajar jika setiap ilmu pengetahuan memiliki metode penelitian yang berbeda. Perbedaan ini bisa disebabkan misalnya oleh karena perbedaan objek kajian. Ilmu pengetahuan alam (fisika, kimia, dan lain-lain) yang focus kajiannya adalah gejala-gejala alam tentu sangat berbeda metode penelitiannya dengan ilmu-ilmu sosial yang focus pada gejala-gejala sosial. Berbeda pula dengan ilmu kemanusiaan (humaniora) seperti ilmu hukum yang fokus kajiannya lebih kepada gejala-gejala kemanusiaan yang terimplementasi melalui norma-norma hukum.
Aksiologi adalah cabang pengetahuan yang memberikan kajian tentang sisi manfaat sebuah ilmu. Dengan kata lain manfaat apa yang bisa diberikan oleh suatu cabang ilmu pengetahuan dan metodenya bagi kehidupan manusia adalah koridor bagi aksiologi ilmu pengetahuan. Sebuah cabang ilmu pengetahuan belumlah dapat dikatakan sebagai ilmu jika ilmu tersebut tidak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Jika diperhatikan uraian tersebut, jelaslah bahwa metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Ketiadaan sebuah metode untuk menemukan kebenaran menyebabkan cacatnya status sebuah cabang ilmu untuk bisa dikatakan sebagai ilmu. Dengan demikian jika orang-orang hukum mengakui bahwa hukum adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan, maka sudah pasti mereka harus mampu menguasai metode penelitian yang diterima dalam ilmu pengetahuan tersebut. Tidak salah jika dikatakan bahwa kedudukan gelar Sarjana Hukum adalah cacat untuk diemban jika yang bersangkutan sendiri tidak memahami metode penelitian yang diterima dalam ilmu hukum.

Hubungan antara Penelitian, Ilmu dan Kebenaran
            Telah disinggung sebelumnya bahwa penelitian tak lain adalah sebuah proses yang komprehensif dan sistematis untuk menghasilkan sebuah ilmu pengetahuan. Dalam kerangka yang lebih luas, ilmu bukan merupakan hasil akhir. Ilmu pengetahuan justru adalah sebuah proses untuk menghasilkan suatu hasil akhir yang disebut dengan “kebenaran”. Jadi, hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah metode penelitian adalah kebenaran.
            Kebenaran yang dihasilkan dari sebuah metode penelitian yang absah adalah sebuah kebenaran ilmu yang teruji dan terukur. Namun meskipun demikian, dalam perspektif ilmu pengetahuan diterima secara umum bahwa makna dari kebenaran tersebut tidak bersifat mutlak tetapi relative. Kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dengan demikian adalah kebenaran relative atau umum disebut dengan kebenaran yang “mendekati kebenaran”.  Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan sebuah kebenaran diuji kembali dengan menggunakan metode penelitian yang sudah ada. Dalam siklus ini kebenaran adalah feed back atau umpan balik untuk menemukan kebenaran lainnya.             
            Kebenaran yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan bersifat tidak absolute. Pada dasarnya kebenaran ilmu pengetahuan adalah hasil kesepakatan masyarakat ilmu pengetahuan itu sendiri dalam suatu masa tertentu. Dengan demikian kebenaran ilmu pengetahuan dapat ditumbangkan oleh hasil penelitian ilmiah lebih lanjut yang didukung oleh fakta-fakta empiris dapat membuktikan sebaliknya. Disinilah pentingnya kegiatan penelitian. Apabila kegiatan penelitian berhenti maka konsekuensinya kebenaran yang tidak absolute tersebut makin lama semakin kabur maknanya atau sebaliknya kebenaran tersebut pada suatu saat tertentu ternyata sudah tidak valid tanpa disadari oleh komunitas ilmu pengetahuan.
            Bagaimanakah makna kebenaran ?. Dalam filsafat ilmu kebenaran tidak diterima dengan satu cara. Setidaknya ada tiga cara orang menerima sesuatu itu benar, yakni :

1. kebenaran berdasarkan teori koherensi
            Dalam hal ini suatu pernyataan dikatakan benar apabila pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan benar yang sudah ditemukan sebelumnya. Dalam praktek penelitian hal ini tercermin dari penyusunan kerangka berfikir atau landasan teoritis atau studi pustaka. Studi pustaka adalah kumpulan argumentasi teoritis yang dikemukakan sejumlah ahli terdahulu yang sudah diuji kebenarannya dan selanjutnya dijadikan sebagai kerangka analisis penelitian yang dilakukan saat itu.
            Sebuah hasil penelitian berdasarkan kerangka berfikir koheren dapat diterima jika argumentasi teoritis yang dipergunakan sebagai dasar analisis adalah argumentasi yang benar dan relevan dengan objek penelitian. Kesalahan dalam memilih landasan teoritis menyebabkan jawaban permasalahan  dipandang tidak tepat. Atau lazim didengar bahwa penelitian yang demikian adalah penelitian yang mengambang karena tidak jelas dasar berpijaknya secara teoritis.
            Logika penalaran yang dipergunakan dalam teori kebenaran koheren adalah logika deduktif, dimana proses penalaran dimulai dari sebuah kebenaran umum menuju kebenaran yang lebih khusus. Logika ini banyak dipergunakan dalam penelitian-penelitian ilmu pasti seperti ilmu matematika. Dimana dasar berfikir dilandaskan pada rumus-rumus umum yang sudah ada ditemukan oleh pakar-pakar terdahulu dan sudah diterima kebenarannya.

2. Kebenaran berdasarkan teori korespondensi
            Dalam teori ini suatu pernyataan dikatakan benar apalagi isi pernyataan tersebut berkoresponden dengan objek factual yang terkandung pernyataan tersebut. Dengan bahasa yang sederhana sebuah pernyataan baru dianggap benar apabila didukung oleh fakta-fakta empiris (kenyataan). Misalnya pernyataan bahwa saat ini hujan dipandang benar jika secara kenyataan bahwa hujan memang sudah turun. Jika hari mendung, awan hitam disertai angin yang bertiup kencang belum dianggap fakta yang mendukung kebenaran pernyataan tersebut. Fakta empiris turunnya hujan adalah satu-satunya fakta yang berkoresponden dengan pernyataan tadi.
            Logika penalaran yang dipergunakan dalam teori kebenaran ini adalah logika indukti, dimana kebenaran dimulai dari satu atau beberapa kebenaran yang bersifat khusus untuk kemudian merumuskan sebuah pernyataan benar yang bersifat umum. Jadi, logika induktif menarik kesimpulan melalui proses generalisasi fakta-fakta empiris.

3. Kebenaran berdasarkan teori kebenaran pragmatis
            Dalam teori ini sesuatu dipandang benar jika pernyataan tersebut mempunyai manfaat praktis yang dapat diterapkan atau dipergunakan manusia. Fokus kebenaran adalah manfaat praktis dari suatu temuan penelitian, tanpa terlalu mempersoalkan landasan teoritis ataupun korespondensinya dengan fakta-fakta empiris.
            Uraian-uraian diatas dapat membantu menyadarkan kita bahwa kebenaran yang dihasilkan pemikiran manusia tidak bersifat absolute, karena cara pandang yang berbeda dalam menerima kebenaran bisa menyebabkan suatu pernyataan dipandang benar oleh sekelompok oranng, akan tetapi dipandang sebaliknya oleh kelompok lain. Inilah hakikat dasar kebenaran yang bisa dicapai oleh pemikiran manusia.

            Ilmu pengetahuan melalui metode penelitian ilmiah mencoba mempertinggi tingkat kebenaran yang tidak absolute tersebut dengan memadukan logika deduktif dan logika induktif. Sebuah penelitian ilmiah terlebih dahulu disusun berdasarkan kerangka penalaran deduktif dengan merumuskan landasaran teoritis (kajian pustaka, landasan teori), kemudian mengumpulkan fakta-fakta empiris yang mendukung landasan teoritis tersebut. Data empiris kemudian diverifikasi dengan menjadikan landasan teoritis/ kajian pustaka sebagai kerangka acuan. Dalam tahap ini logika yang dipergunakan adalah logika induktif. Sehingga diharapkan kebenaran penelitian ilmiah dapat diterima berdasarkan sudut pandang teori kebenaran koheren maupun koresponden.

Paradigma penelitian
Paradigma penelitian secara ekstrim dipisahkan menjadi dua macam yaitu paradigma kuantitatif, dan paradigma kualitatif.
1. Paradigma Kuantitatif
Paradigma ini menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
2. Paradigma Kualitatif
Penelitian ini menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistik, komplek dan rinci.
Tabel 1: Perbedaan Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
Paradigma Kualitatif
Realitas bersifat objektif dan berdimensi tunggal.
Realitas bersifat subjektif dan berdimensi banyak.
Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
Bebas nilai dan tidak bias.
Tidak bebas nilai dan bias.
Pendekatan deduktif.
Pendekatan induktif.
Pengujian teori dengan analisis kuantitatif.
Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan dengan jelas, jika perlu disertakan peta lokasi, struktur organisasi, dan suasana kerja sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada kemenarikan dan keunikannya

D. Waktu Penelitian
Periode penelitian disebutkan dengan jelas, diawali dengan kapan dimulainya penelitian sampai dengan target selesainya penelitian yang akan dilakukan.

E. Sumber Data
Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat dibagi menjadi:
1. Data primer. Yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh peneliti dari sumber pertama.
2. Data sekunder. Yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi ilmiah atau jurnal.

F. Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pngumpulan data. Yaitu: metode observasi (pengamatan), metode kuisioner (angket), metode interviw (wawancara), dan metode dokumentasi.
1. Metode Observasi (Pengamatan)
a. Pengertian dan ciri-ciri
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Ciri-ciri metode observasi adalah:
1) Mempunyai arah yang khusus, sistematik, bersifat kuantitatif.
2) Diikuti pencatatan segera (pada waktu observasi berlangsung), hasilnya dapat dicek dan dibuktikan.
b. Petunjuk untuk mengadakan pengamatan:
1) Memiliki pengetahuan terhadap apa yang akan diobservasi dan berlaku sangat cermat dan kritis.
2) Menyelidiki tujuan penelitian (baik umum maupun khusus). Kejelasan tujuan penelitian akan menuntun mempermudah apa yang harus diobservasi.
2. Metode Kuisioner (Angket)
a. Pengertian dan tujuan
Metode kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu maslaah atau bidang yang akan diteliti untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden (orang-orang yang menjawab jadi yang diselidiki), terutama pada penelitian survei.
Tujuan dilakukan angket atau kuisioner ialah: 1) Memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. 2) Memperoleh informasi mengenai suatu maslaah secara serentak.
b. Macam-macam angket
1) Menurut prosedurnya, angket terbagi menjadi:
i. Angket langsung, yaitu angket yang dikirimkan kepada dan dijawab oleh responden.
ii. Angket tidak langsung, yaitu angket yang dikirim kepada seseorang untuk mencari informasi (keterangan) tentang orang lain.
2) Menurut jenis penyusun itemnya dapat dibedakan menjadi:
i. Angket tipe isian, yang terbagi menjadi dua:
i.a. Angket terbuka, yaitu apabila responnya tentang masalah yang dipertanyakan
Contoh: Bagaimana pendapat anda jika seseorang yang berkelainan (tuna) baik fisik maupun mental tidak dididik?
Jawab: ….
i.b. Angket tertutup, yaitu angket yang diwajibkan oleh responden secara oleh faktor-faktor tertentu misalnya faktor subyektivitas seseorang
Contoh: Siapa nama anda? Jawab …
Apa hobi anda? Jawab …
ii. Angket tipe pilihan.
Yaitu angket yang harus dijawb oleh responden dengan cara tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia jumlah alternatif jawab minimal dua dan maksimal sebaiknya lima alternatif, dengan maksud supaya responden tidak bosan.
Contoh: Sudah berapa lama anda tinggal di kota ini?
Jawab:
( …. ) 1 tahun atau kurang dari 2 tahun
( …. ) 2 tahun atau hampir 2 tahun
( …. ) 3 tahun atau hampir 3 tahun
( …. ) 4 tahun atau hampir 4 tahun
c. Menyusun petunjuk
Dalam menyusun petunjuk-petunjuk untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini:
1) Petunjuk harus singkat, lengkap, jelas namun tepat.
2) Petunjuk harus jelas. Hindarkan kata-kata asing, sulit bahkan kabur.
3) Tiap-tiap jawaban yang berbeda dengan jawaban berikutnya, hendaknya diberi petunjuk baru.
4) Bila perlu gunakanlan contoh. Berilah satu atau dua contoh tentang cara menjawabnya, namun jangan menimbulkan kesan menyarankan atau memberi sugesti kepada respon (orang yang diberi kuisioner)
c. Menyusun items (pertanyaan-pertanyaan)
    1) Mempergunakan kata.
Dalam membuat kuisoner, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini:
i. Tegas dan jelas, biasa dipakai sehari-hari yang sudah dimengerti oleh responden.
ii. Hindari kata-kata yang sifatnya sentimentil. Gantilah kata-kata itu dengan yang lebih sopan.
2) Urutan-urutan pertanyaan.
      Pada umumnya daftar pertanyaan mengandung tiga unsur, yaitu:
i. Informasi yang akan dikumpulkan.
ii. Identitas responden. Seperti nama, umur, kelamin, dan lain sebagainya.
iii. Bagian yang memuat mengenai tenaga lapangan (field worker).
3) Susunan pertanyaan.
i. Pertanyaan sebaiknya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan perhatian dan minat, serta gampang dijawab.
ii. Pertanyaan yang kurang menarik perhatian, apalagi mengenai soal-soal pribadi, sebaiknya diletakkan di bagian tengah angket.
iii. Sebaiknya diajukan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk mengecek jawaban dari pertanyaan lain.
iv. Pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara sistematis.
  d. Menganalisis data
Setelah semua jawaban diterima kembali dan dicek kelengkapan jawabannya, lalu dilanjutkan dengan menabulasikan hasil-hasil jawaban yang ada ke dalam daftar tabulasi, untuk sementara jawaban yang kurang lengkap dipisahkan terlebih dahulu.
Bila data yang masuk sudah cukup lengkap dan persiapan analisis (tabulasi) telah cukup baik dan benar, maka analisis dapat segera dilaksanakan. Untuk lebih menperdalam dan mengongkretkan analisis, gunakanlah analisis kuantitatif (statistik). Namun jika permasalahannya dipandang cukup simpel, analisisnya dapat menggunakan kualitatif (pernyataan-pernyataan/statement saja).

3. Metode Interview (Wawancara)
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan. Dilakukan dalam tatap muka dua orang atau lebih, lalau mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-keterangan yang dibutuhkan.
Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi, dan bukannya untuk mengubah atau memengaruhi pendapat responden.

4. Metode Dokumentasi
    Metode ini berasal dari:
a. Sumber tertulis. Seperti buku, majalah ilmiah, arsip, atau dokumen pribadi maupun resmi.
b. Foto-foto.
C. Data statistik sebagai data tambahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar