SKALA PENGUKURAN
Standard
Penelitian
pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-masalah yang ditemui dalam
kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami permasalahan tersebut
hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari hari secara sporadic dan tidak
tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap satu
permasalahan (Uhar, 2012:94).
Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan
demikian imliah instrument yang akan digunakan untuk penelitian tergangung pada
jumlah variable yang ditelti. Jika variablenya lima maka instrumennya lima.
Karena
instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus
mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).
A.Jenis Skala Pengukuran
Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Contohnya timbangan
emas sebagai instrument untuk mengukur berat emas.
Jenis-jenis
skala pengukuran ada empat : skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan
skala ratio.
1. Skala nominal
Skala nominal
adalah sekala yang paling sederhana, disusun menurut jenis (kategorinya) atau
fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan sebuah karakteristik
dengan karakteristik yang lainnya.
Skala nominal
adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokkan atau pengkategorian
peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali
tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan perbedaan
kualitatif (Uhar suharsaputra, 2012:72). Adapun ciri-ciri dari skala
nominal adalah:
a)Kategori
data bersifat mutually exclusive (salign memisah).
b)Kategori
data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang). Hasil perhitungan dan
tidak ditemui bilangan pecahan. Angka yang tertera hanya lebel semata. Tidak
mempunyai ukuran baru. Dan tidak mempunyai nol mutlak.
2.Skala
ordinal
Skala ini
adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun secara runtut dari
yang rendah sampai yang tinggi. Skala ordinal sekala yang diurutkan dari
jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah atau sebaliknya.
Adapun
ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling memisah,
kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan skala
berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.
3.Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data
yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam
bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan, menjelaskan
bahwa skala interval adalah skala pengukuran yang mana jarak satu tingkat
dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari skala ini menurut Uhara ada lima :
a)Kategori data bersifat saling memisah.
b)Kategori data memiliki aturan yang logis.
c)Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik
khusus yang dimilikinya.
d)Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama
dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e)Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya nilai
nol absolut).
4.Skala
rasio.
Skala ini
adalah sekala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak. Dengan
demikian sekala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan
akurat.
B.Skala sikap
Skala ini
hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu sosiologi dan
pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus mengukur sikap. Beberapa
skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan
social antara lain :
1.Skala likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi. Hal ini
sudah sepesifik dijelaskann oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai
variable penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi
sub-variabel, kemudian menjadi indicator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk
menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel
penelitian (Iskandar, 2009:83).
Penyataan
atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala likert, yang
diungkapkan melalui kata-kata misalnya ; setuju, sangat setuju, tidak pasti,
tidak setuju, sangat tidak setuju.
2.Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu
ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak
setuju, dll.
3.Semantic defentrial.
Skala
differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan simantik, responden untuk
menjawab pernyataan dalam satu garis kontinum yang bertentangan yaitu positif
negative. Data yang diperoleh biasanya data interval yang digunakan untuk
mengukur sikap seseorang atau kelompok (Iskandar, 2009:84) .
Skala ini
berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti :
panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar mempunyai tiga dimensi
dasar sikap seseorang terhadap objek :
a)Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek
b)Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.
c)Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek
4.Rating scale
Berdasarkan
ketiga skala semua data yang diproleh adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang didapar berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam model
rating scale responden tidak akan menjawab dari data kualitatif yang sudah
tersedia, tapi menjawab dari jawaban kuantitatif, dengan demikian raing scale
lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja.
SIFAT-SIFAT
PENGUKURAN
1.
Langsung
2.
Tidak Langsung
3.
Validitas
Validitas
alat pengukur berhubungan dengan ketepatan dan kesesuaian alat untuk
menggambarkan keadaan yang diukur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Ketepatan berhubungan dengan pemberian informasi persis (akurat) seperti
keadaannya. Atau dengan perkataan lain disebut sahih. Sedang kesesuaian
berhubungan dengan efektivitas alat untuk memerankan fungsinya sesuai dengan
yang dimaksud dari alat pengukur tersebut.
4.
Reliabilitas
Realiabilitas
alat pengukur berhubungan dengan kestabilan, kekostanan, atau ketepatan test.
Suatu test akan dinyatakan reliabel apabila test tersebut dikenakan kepada
sekelompok subyek yang sama, tetap memberikan hasil yang sama pula, walaupun
saat pemberian testnya berbeda. Tinggi rendahnya reliabilitas alat pengukur
alat pengukur dapat diketahui dengan menggunakan teknik statistik. Yaitu dengan
mengklasifikasikan antara hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran kedua
dari bahan test yang sama, atau test yang lain yang dianggap sama (ekuivalen).
PRINSIP-PRINSIP
UMUM DALAM PENGUKURAN PENDIDIKAN
1.
Menyeluruh
Menyeluruh
dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik Penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Evaluasi terhadap proses dan
hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan
tuntas yang mencakup seluruh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
menggunakan teknik dan prosedur yang komprehensif dengan berbagai bukti hasil
belajar peserta didik. Berprinsip keseluruhan yaitu dilaksanakan secara
keseluruhan yang berarti menyeluruh kesemua bagian. Sehingga evaluasi dapat
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan hasil
pembelajaran peserta didik. Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek
kompetensi peserta didik dan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
termasuk mengumpulkan berbagai bukti aktivitas belajar peserta didik. Penilaian
meliputi pengetahuan (cognitif), keterampilan (phsycomotor), dan sikap (affectif).
Contoh : Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni Budaya mengumpulkan
berbagai bukti aktivitas siswa dalam catatan sebelumnya, penilaian yang
dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang seni budaya, keterampilan menari,
menggambar, bermusik, kehadiran dalam KBM, dan penilaian sikap peserta didik,
semua hal tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai.
2.
Adanya Kontrol
3.
Sasaran Jelas
4.
Obyektif
Penilaian
yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-bedakan latar belakang peserta
didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh peserta didik tersebut,
bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian harus dilaksanakan secara objektif
dan tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai. Prinsip Obyektivitas yaitu
terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subyektif sehingga evaluasi dapat
menghasilkan evaluasi yang murni. Untuk mencapai keobyektifan dalam evaluasi
perlu adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk
kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat
dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan. Penilaian hendaknya
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip terbuka.
Apa
pun bentuk soal yang dibagikan kepada siswa, hendaknya model penilaiannya
diinformasikan secara terbuka kepada siswa. Model penilaian yang dimaksud
adalah bobot skor masing-masing soal, sehingga siswa tahu mana soal yang harus
diselesaikaan terlebih dahulu karena skor yang tinggi. Contoh : Guru memberi
nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan tetangga dari guru
tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai hanya 80.
Ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak disarankan. Pemberian
nilai haruslah berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
5.
Keterbukaan
Terbuka,
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Prinsip ini menyatakan bahwa
dalam mengadakan evaluasi harus dilaksa-nakan secara bekerjasama dengan semua
orang. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar,
harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan
bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat
mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi. Penilaian harus bersifat transparan
dan pihak yang terkait harus tau bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari
aspek apa saja nilai tersebut didapat, dasar pengambilan keputusan, dan
bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat
diterima. Contoh : pada tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang
kesepakatan pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek, misal,
Partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, Tugas individu dan kelompok 20%, Ujian
tengah semester 25%, ujian akhir semester 35%. Sehingga disini terjadi
keterbukaan penilaian antara murid dan guru.
6.
Representatif
Penilaian
hendaknya menggunakan prinsip representative. Dalam menilai hendaknya guru
mampu melakukannya secara menyeluruh. Semua materi yang telah disampaikan dalam
kegiatan pembelajaran di kelas harus dapat dinilai secara representatif.
7.
Aturan Skoring
Harus
dibedakan antara penskoran dengan penilaian. Hal ini harus dibicarakan dalam
uraian terdahulu. Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi
angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil
kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan “kedudukan” personal siswa
yang memperoleh angka-angka tersebut didalam skala tertentu, misalnya skala
tentang baik-buruk, bisa diterima-tidak bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak
lulus. Dalam penskoran, perhatian terutama ditujukan kepada kecermatan dan
kemantapan; sedangkan dalam penilaian, perhatiannya terutama ditujukan kepada
validitas dan kegunaan.
8. Keseksamaan
Penilaian
hendaknya dikerjakan dengan seksama. Semua komponen untuk menilai siswa sudah
disiapkan oleh guru secara cermat dan seksama. Alat penilaian afektif atau
psikomotor tidak sama dengan alat penilaian kognitif, sehingga kalau guru sudah
menyiapkannya dengan seksama maka tidak ada siswa yang dirugikan.
INSTRUMEN PENELITIAN
C.Pengertian Instrument Penelitian
Dalam
penelitian bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang lazim adalah
menggunakan intrumen. Dalam menjalankan penelitian data merupakan tujuan utama
yang hendak dikumpulkan dengan menggunakan instrument. Instrumen penelitian
adalah nafas dari penelitian. Menurut (Arikunto, 1995:177), ‘’instrumen
penelitian adalah sesuatu yang penting dan strategis kedudukannya dalam
pelaksanaan penelitian.’’
Keadaan-keadaan
telah mendorong upaya-upaya pakar untuk membuat prosudur dan alata yang dapat
digunakan guna mengungkap kenyataan-kenyataan (data) yang dapat diajdikan dasar
dalam menyelesaikan berbagai masalah. Untuk itu instrument penelitian menempeti
kedudukan penting dalam sebuah penelitian, hal ini tidak lain karean
keberhasilah sebuah penelitian dipengaruhi pula oleh instrument yang
dipergunakan (Uhar Suharsaputra, 2012:94)
Kualitas data
sangat menetukan kualitas penelitian. Kualitas data tergantung pada kualitas
alat (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pada
dasarnya terdapat dua kategori instrument yang digunakan dalam penelitian,
yakni :
a)instrument digunakan untuk memproleh informasi atau data tentang keadaan
objek atau proses yang diteliti.
b)Instrumen digunakan untuk mengontrol objek atau proses yang diteliti.
Data kondisi
objek atau spesifikasi proses yang diukur dapat diulang dengan menggunakan dua
instrument tersebut (Gempur Santoso, 2012:62)
Dalam suatu
penelitian kuantitatif (adanya jarak antara subjek dan objek) yang bersifat
verifikasi hipotesis, instrument penelitian merupakan alat yang dipakai untuk
menjembatani antara subjek dan objek (secara subtansial antara hal-hal teoritis
dan empiris, antara konsep dan data) (Uhar Suharsaputra, 2012:94).
Teknik
pengumpulan data yang lazim digunakan adalah menggunakan adalah instrumen yang
sempurna, wawancara, observasi, dokumentasi, sperti pada table di bawah ini.
Beberapa
hal yang penting dalam menyusun istrumen
Menurut Nana
Sudjana (Uhar Suharsaputra, 2012:95), dalam penyusunan instrument
penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Masalah dan variable yang diteliti
termasuk indicator variable harus jelas sehingga dapat dengan mudah menetapkan
jenis istrumrn yang digunakan.
2. Sumber data/ informasi, baik
jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan dasar
dalam menentukan isi, bahasa, sistimatika item dalam instrument penelitian.
3. Keterandalan dalam instrument itu
sendiri sebagai alat pengumpulan data, objekvitas, dll.
4. Jenis data yang diharapkan dari
pengguna instrumen harus jelas. Sehingga peneliti dapat menetukan gaya analisis
dan pemecahan masalah penelitian.
5. Mudah dan praktis digunakan akan
tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan
Sarana Instrument Penelitian
1. Angket
Angket
merupakan daftar pertanyaan yang diberikan pada orang lain dengan tujuan agar
orang yang diberi bersedia memberikan respon yang sesuai. Angket
dibedakan menjadi tiga yaitu :
a)Angket terbuka, adalah angket yang disajikan dalam bentuk isian. Tentunya
disertai dengan pertanyaan.
b)Angket tertutup, adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana,
yang mana responden tinggal membri tanda centang pada kolom yang disediakan
terhadapa jawaban yang sesuai dengannya. Biasanya dalam bentuk multipelchoise.
c)Campuran, Disamping dari kedua ini ada combinasi dari dua jenis angket di
atas.
2.Daftar cocok (Checlist)
Ini hampir
sama dengan angket tertutp, karena hanya tinggal member tanda pada tes yang
diberikan terhadap jawaban keadaan kita. Bedanya dengan angket, checklist
dibuat sedikit lebih sederhana.
3.Skala
Skala
menunjuk pada sebuah instrument pengumpul data yang bentuknya seperti daftar
cocok tapi alternative yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Skala
banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek kpribadian atau kejiwaan.
Jenis
Instrument Penelitian
1.Tes
Tes yaitu
suatu alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan
jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan. Sehingga dapat mengetahui
kemampuan individu yang bersangkutan.
2.Kuesioner
Instrument
penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, prespsi, keinginan, keyakinan,
dll secara tertulis. Dan apabila dilakuakan dengan menggunakan lisan maka
disebut wawancara. Untuk lebik baiknya ini digabungkan, antara liasan dan
tilisan untuk memperkuat data.
3.Skala
Skala
merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap dan hal-hal yang berkaitan
dengan personological.
D.Cara Menyusun Instrumen
Cara menyusun
instrumen yaitu bertolak dari variabel penelitian yang ditetapkan untuk
diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, selanjutnya
ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator ini dijabarkan menjadi
butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumrn,
maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen “ atau “kisi-kisi
instrumen”.
E.Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang Dikembangkan
Contoh judul
penelitian dan instrumen yang dikembangkan yaitu:
“GAYA DAN
SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA
ORGANISASI SEKOLAH”
Instrumennya yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur variabel
gaya kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur variabel
situasi kepemimpinan
3. Istrumen untuk mengukur variabel
iklim kerja organisasi.
F.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji
Validitas
Pengertian
Validitas:
1.Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Validitas
adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
2.Menurut Anastasi (1990)
Validitas
adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut; “What the test measure and how
well it does”
3.Menurut Arikunto (1995)
Validitas
adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu
mengukur apa yang akan diukur.
4.Menurut Sukadji (2000)
Validitas
adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
5.Menurut Azwar (2000)
Validitas
adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsinya.
Pengertian
Uji Validitas:
Menurut
Sugiyono (2006)
Uji validitas
adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content)
dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian
Tujuan
uji validitas:
· Mengetahui sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.
· Agar data yang diperoleh bisa
relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
Valid
merupakan istrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Istrumen yang mempunyai validitas internal bila
kriteria yang ada dalam instrumen telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen
yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun
berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Istrumen yang harus mempunyai
validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk
mengukur prestasi belajar. Pengujian validitas digunakan analisis item yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir.
Hasil
penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
Jadi instrumen yang reliabel dan valid merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Reliabilitas instrumen
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Pengujian reliabilitas
instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua yang
dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
Macam
instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar
dan instrumen nontest untuk mengukur sikap.
Uji
Reliabilitas
Pengertian
Reliabilitas:
1.Menurut Sukadji (2000)
Reliabilitas
suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran
yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai
koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
2.Menurut
Anastasia dan Susana (1997)
Reliabilitas
adalah sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang
sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang
berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items)
yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.
3.Menurut
Sugiono (2005) dalam Suharto (2009)
Reliabilitas
adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki
konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan
secara berulang.
4.Menurut Suryabrata (2004)
Reliabilitas
adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.
5.Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Reliabilitas
adalah ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran.
Pengertian
Uji Reliabilitas:
Menurut
Husaini (2003)
Uji
reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu
instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan
merupakan sebuah instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas,
sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama. Tujuan
dari uji reliabilitas yaitu menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan
skorer satu dengan skorer lainnya.
Menurut
Djaali dan Pudji (2008) reliabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.Reliabilitas konsistensi tanggapan
Reliabilitas
ini mempersoalkan apakah tanggapan responden atau objek terhadap tes tersebut
sudah baik atau konsisten. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan
ketidakkonsistenan maka hal ini akan menunjukkan bahwa hasil ukur tes atau
instrumen tersebut tidak dapat dipercaya atau tidak reliable serta tidak dapat
digunakan sebagai ukuran untuk mengungkapkan ciri atau keadaan sesungguhnya
dari objek pengukuran.
Ada
tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes
yaitu:
1.Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu
yang berbeda.
2.Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang
setara pada saat yang sama.
3.Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan dua tes
yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam
waktu yang bersamaan.
2.Reliabilitas konsistensi gabungan item
Reliabilitas
ini berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara item-item suatu tes.
Bila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui item yang satu
kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka
pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat
dipercaya.
Koefesien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan
menggunakan:
a)Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
b)Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.
c)Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.
G.Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1.Pengujian validitas instrumen
a)Pengujian
validitas konstrak. Pengujian ini dapat digunakan pendapat dari ahli dan
berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai lalu diteruskan uji coba
instrumen.
b)Pengujian
validitas isi untuk membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan.
c)Pengujian
validitas eksternal
Penelitian
mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan
atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti.
2.Pengujian
reliabilitas instrumen
Pengujian ini dapat dilakukan secara
eksternal maupun internal. Secara kesternal pengujian dapat dilakukan dengan
test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas
dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik tertentu.