Jumat, 28 Agustus 2015

SKALA PENGUKURAN DAN INSRUMEN PENELITIAN

SKALA PENGUKURAN
Standard
Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk memahami permasalahan tersebut hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari hari secara sporadic dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap satu permasalahan (Uhar, 2012:94).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti. Dengan demikian imliah instrument yang akan digunakan untuk penelitian tergangung pada jumlah variable yang ditelti. Jika variablenya lima maka instrumennya lima.
Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).
A.Jenis Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat  ukur, sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Contohnya timbangan emas sebagai instrument untuk mengukur berat emas.
Jenis-jenis skala pengukuran ada empat : skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala ratio.
1.  Skala nominal
Skala nominal adalah sekala yang paling sederhana, disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik yang lainnya.
Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan perbedaan kualitatif (Uhar suharsaputra,  2012:72). Adapun ciri-ciri dari skala nominal adalah:
a)Kategori data bersifat mutually exclusive (salign memisah).
b)Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang). Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan. Angka yang tertera hanya lebel semata. Tidak mempunyai ukuran baru. Dan tidak mempunyai nol mutlak.

2.Skala ordinal
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun secara runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Skala ordinal sekala yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah atau sebaliknya.
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimilikinya.
 3.Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan, menjelaskan bahwa skala interval adalah skala pengukuran yang mana jarak satu tingkat dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari skala ini menurut Uhara ada lima :
a)Kategori data bersifat saling memisah.
b)Kategori data memiliki aturan yang logis.
c)Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus yang dimilikinya.
d)Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e)Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya nilai nol absolut).

4.Skala rasio.
Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak. Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan akurat.

B.Skala sikap
Skala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus mengukur sikap. Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan social antara lain :
 1.Skala likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi. Hal ini sudah sepesifik dijelaskann oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai variable penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-variabel, kemudian menjadi indicator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian (Iskandar, 2009:83).
Penyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala likert, yang diungkapkan melalui kata-kata misalnya ; setuju, sangat setuju, tidak pasti, tidak setuju, sangat tidak setuju.
 2.Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak setuju, dll.

3.Semantic defentrial.
Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan simantik, responden untuk menjawab pernyataan dalam satu garis kontinum yang bertentangan yaitu positif negative. Data yang diperoleh biasanya data interval yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang atau kelompok (Iskandar, 2009:84) .
Skala ini berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti : panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek :
a)Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek
b)Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.
c)Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek

4.Rating scale
Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang didapar berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban kuantitatif, dengan demikian raing scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja.

SIFAT-SIFAT PENGUKURAN
1. Langsung
2. Tidak Langsung
3. Validitas
Validitas alat pengukur berhubungan dengan ketepatan dan kesesuaian alat untuk menggambarkan keadaan yang diukur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ketepatan berhubungan dengan pemberian informasi persis (akurat) seperti keadaannya. Atau dengan perkataan lain disebut sahih. Sedang kesesuaian berhubungan dengan efektivitas alat untuk memerankan fungsinya sesuai dengan yang dimaksud dari alat pengukur tersebut.
4. Reliabilitas
Realiabilitas alat pengukur berhubungan dengan kestabilan, kekostanan, atau ketepatan test. Suatu test akan dinyatakan reliabel apabila test tersebut dikenakan kepada sekelompok subyek yang sama, tetap memberikan hasil yang sama pula, walaupun saat pemberian testnya berbeda. Tinggi rendahnya reliabilitas alat pengukur alat pengukur dapat diketahui dengan menggunakan teknik statistik. Yaitu dengan mengklasifikasikan antara hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran kedua dari bahan test yang sama, atau test yang lain yang dianggap sama (ekuivalen).

PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM PENGUKURAN PENDIDIKAN
1. Menyeluruh
Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik Penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Evaluasi terhadap proses dan hasil belajar peserta didik harus dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup seluruh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan teknik dan prosedur yang komprehensif dengan berbagai bukti hasil belajar peserta didik. Berprinsip keseluruhan yaitu dilaksanakan secara keseluruhan yang berarti menyeluruh kesemua bagian. Sehingga evaluasi dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan hasil pembelajaran peserta didik. Penilaian diambil dengan mencakup seluruh aspek kompetensi peserta didik dan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, termasuk mengumpulkan berbagai bukti aktivitas belajar peserta didik. Penilaian meliputi pengetahuan (cognitif), keterampilan (phsycomotor), dan sikap (affectif). Contoh : Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni Budaya mengumpulkan berbagai bukti aktivitas siswa dalam catatan sebelumnya, penilaian yang dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang seni budaya, keterampilan menari, menggambar, bermusik, kehadiran dalam KBM, dan penilaian sikap peserta didik, semua hal tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai.
2. Adanya Kontrol
3. Sasaran Jelas
4. Obyektif
Penilaian yang bersifat objektif tidak memandang dan membeda-bedakan latar belakang peserta didik, namun melihat kompetensi yang dihasilkan oleh peserta didik tersebut, bukan atas dasar siapa dirinya. Penilaian harus dilaksanakan secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai. Prinsip Obyektivitas yaitu terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subyektif sehingga evaluasi dapat menghasilkan evaluasi yang murni. Untuk mencapai keobyektifan dalam evaluasi perlu adanya data dan fakta. Dari data dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan. Penilaian hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan prinsip terbuka.
Apa pun bentuk soal yang dibagikan kepada siswa, hendaknya model penilaiannya diinformasikan secara terbuka kepada siswa. Model penilaian yang dimaksud adalah bobot skor masing-masing soal, sehingga siswa tahu mana soal yang harus diselesaikaan terlebih dahulu karena skor yang tinggi. Contoh : Guru memberi nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan tetangga dari guru tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik, mendapatkan nilai hanya 80. Ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak disarankan. Pemberian nilai haruslah berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
5. Keterbukaan
Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus dilaksa-nakan secara bekerjasama dengan semua orang. Sebagai contoh dalam mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar, harus bekerjasama antara pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan, dengan pihak murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat mencapai keobyektifan dalam mengevaluasi. Penilaian harus bersifat transparan dan pihak yang terkait harus tau bagaimana pelaksanaan penilaian tersebut, dari aspek apa saja nilai tersebut didapat, dasar pengambilan keputusan, dan bagaimana pengolahan nilai tersebut sampai hasil akhirnya tertera, dan dapat diterima. Contoh : pada tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang kesepakatan pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek, misal, Partisipasi kehadiran diberi bobot 20%, Tugas individu dan kelompok 20%, Ujian tengah semester 25%, ujian akhir semester 35%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.
6. Representatif
Penilaian hendaknya menggunakan prinsip representative. Dalam menilai hendaknya guru mampu melakukannya secara menyeluruh. Semua materi yang telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus dapat dinilai secara representatif.
7. Aturan Skoring
Harus dibedakan antara penskoran dengan penilaian. Hal ini harus dibicarakan dalam uraian terdahulu. Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi prestasi itu dalam hubungannya dengan “kedudukan” personal siswa yang memperoleh angka-angka tersebut didalam skala tertentu, misalnya skala tentang baik-buruk, bisa diterima-tidak bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus. Dalam penskoran, perhatian terutama ditujukan kepada kecermatan dan kemantapan; sedangkan dalam penilaian, perhatiannya terutama ditujukan kepada validitas dan kegunaan.

8. Keseksamaan

Penilaian hendaknya dikerjakan dengan seksama. Semua komponen untuk menilai siswa sudah disiapkan oleh guru secara cermat dan seksama. Alat penilaian afektif atau psikomotor tidak sama dengan alat penilaian kognitif, sehingga kalau guru sudah menyiapkannya dengan seksama maka tidak ada siswa yang dirugikan.
INSTRUMEN PENELITIAN
C.Pengertian Instrument Penelitian
Dalam penelitian bidang pendidikan, teknik pengumpulan data yang lazim adalah menggunakan intrumen. Dalam menjalankan penelitian data merupakan tujuan utama yang hendak dikumpulkan dengan menggunakan instrument. Instrumen penelitian adalah nafas dari penelitian. Menurut (Arikunto, 1995:177), ‘’instrumen penelitian adalah sesuatu yang penting dan strategis kedudukannya dalam pelaksanaan penelitian.’’
Keadaan-keadaan telah mendorong upaya-upaya pakar untuk membuat prosudur dan alata yang dapat digunakan guna mengungkap kenyataan-kenyataan (data) yang dapat diajdikan dasar dalam menyelesaikan berbagai masalah. Untuk itu instrument penelitian menempeti kedudukan penting dalam sebuah penelitian, hal ini tidak lain karean keberhasilah sebuah penelitian dipengaruhi pula oleh instrument yang dipergunakan (Uhar Suharsaputra, 2012:94)
Kualitas data sangat menetukan kualitas penelitian. Kualitas data tergantung pada kualitas alat (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pada dasarnya terdapat dua kategori instrument yang digunakan dalam penelitian, yakni :
a)instrument digunakan untuk memproleh informasi atau data tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.
b)Instrumen digunakan untuk mengontrol objek atau proses yang diteliti.

Data kondisi objek atau spesifikasi proses yang diukur dapat diulang dengan menggunakan dua instrument tersebut (Gempur Santoso,  2012:62)
Dalam suatu penelitian kuantitatif (adanya jarak antara subjek dan objek) yang bersifat verifikasi hipotesis, instrument penelitian merupakan alat yang dipakai untuk menjembatani antara subjek dan objek (secara subtansial antara hal-hal teoritis dan empiris, antara konsep dan data) (Uhar Suharsaputra,  2012:94).
Teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah menggunakan adalah instrumen yang sempurna, wawancara, observasi, dokumentasi, sperti pada table di bawah ini.
 Beberapa hal yang penting dalam menyusun istrumen
Menurut Nana Sudjana (Uhar Suharsaputra,  2012:95), dalam penyusunan instrument penelitian ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1.  Masalah dan variable yang diteliti termasuk indicator variable harus jelas sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis istrumrn yang digunakan.
2.  Sumber data/ informasi, baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistimatika item dalam instrument penelitian.
3.  Keterandalan dalam instrument itu sendiri sebagai alat pengumpulan data, objekvitas, dll.
4.  Jenis data yang diharapkan dari pengguna instrumen harus jelas. Sehingga peneliti dapat menetukan gaya analisis dan pemecahan masalah penelitian.
5.  Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan

Sarana Instrument Penelitian
1.  Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan pada orang lain dengan tujuan agar orang yang diberi bersedia memberikan respon yang sesuai. Angket  dibedakan menjadi tiga yaitu :
a)Angket terbuka, adalah angket yang disajikan dalam bentuk isian. Tentunya disertai dengan pertanyaan.
b)Angket tertutup, adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana, yang mana responden tinggal membri tanda centang pada kolom yang disediakan terhadapa jawaban yang sesuai dengannya. Biasanya dalam bentuk multipelchoise.
c)Campuran, Disamping dari kedua ini ada combinasi dari dua jenis angket di atas.

2.Daftar cocok (Checlist)
Ini hampir sama dengan angket tertutp, karena hanya tinggal member tanda pada tes yang diberikan terhadap jawaban keadaan kita. Bedanya dengan angket, checklist dibuat sedikit lebih sederhana.
3.Skala
Skala menunjuk pada sebuah instrument pengumpul data yang bentuknya seperti daftar cocok tapi alternative yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang. Skala banyak digunakan untuk mengukur aspek-aspek kpribadian atau kejiwaan.
 Jenis Instrument Penelitian
1.Tes
Tes yaitu suatu alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun lisan. Sehingga dapat mengetahui kemampuan individu  yang bersangkutan.
2.Kuesioner
Instrument penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, prespsi, keinginan, keyakinan, dll secara tertulis. Dan apabila dilakuakan dengan menggunakan lisan maka disebut wawancara. Untuk lebik baiknya ini digabungkan, antara liasan dan tilisan untuk memperkuat data.
3.Skala
Skala merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap dan hal-hal yang berkaitan dengan personological. 

D.Cara Menyusun Instrumen
Cara menyusun instrumen yaitu bertolak dari variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumrn, maka perlu digunakan “matrik pengembangan instrumen “ atau “kisi-kisi instrumen”.
E.Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang Dikembangkan
Contoh judul penelitian dan instrumen yang dikembangkan yaitu:
“GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH”
Instrumennya yaitu:
1.  Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
2.  Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
3.  Istrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.

F.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji Validitas
Pengertian Validitas:
1.Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi
2.Menurut Anastasi (1990)
Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut; “What the test measure and how well it does”
3.Menurut Arikunto (1995)
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.
4.Menurut Sukadji (2000)
Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
5.Menurut Azwar (2000)
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.
Pengertian Uji Validitas:
Menurut Sugiyono (2006)
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian
Tujuan uji validitas:
·    Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.
·    Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.
 Valid merupakan istrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.  Istrumen yang mempunyai validitas internal bila kriteria yang ada dalam instrumen telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Istrumen yang harus mempunyai validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Pengujian validitas digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Jadi instrumen yang reliabel dan valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.
Macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen nontest untuk mengukur sikap.
Uji Reliabilitas
Pengertian Reliabilitas:
1.Menurut Sukadji (2000)
Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi.
2.Menurut Anastasia dan Susana (1997)
Reliabilitas adalah sesuatu yang merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau di bawah kondisi pengujian yang berbeda.
3.Menurut Sugiono (2005) dalam Suharto (2009)
Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang.
4.Menurut Suryabrata (2004)
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.
5.Menurut Gronlund dan Linn (1990)
Reliabilitas adalah ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran.
Pengertian Uji Reliabilitas:
Menurut Husaini (2003)
Uji reliabilitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu instrumen. Pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal, konsistensi, stabil dan dependibalitas, sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama. Tujuan dari uji reliabilitas yaitu menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan skorer satu dengan skorer lainnya.
Menurut Djaali dan Pudji (2008) reliabilitas dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.Reliabilitas konsistensi tanggapan
Reliabilitas ini mempersoalkan apakah tanggapan responden atau objek terhadap tes tersebut sudah baik atau konsisten. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan maka hal ini akan menunjukkan bahwa hasil ukur tes atau instrumen tersebut tidak dapat dipercaya atau tidak reliable serta tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk mengungkapkan ciri atau keadaan sesungguhnya dari objek pengukuran.
Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes yaitu:
1.Teknik test-retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda.
2.Teknik belah dua ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama.
3.Bentuk ekivalen ialah pengetesan (pengukuran) yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan.

2.Reliabilitas konsistensi gabungan item
Reliabilitas ini berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara item-item suatu tes. Bila terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui item yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui item yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya.
Koefesien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan:
a)Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR-20 dan KR-21.
b)Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach.
c)Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian.

G.Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
  1.Pengujian validitas instrumen
a)Pengujian validitas konstrak. Pengujian ini dapat digunakan pendapat dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan selesai lalu diteruskan uji coba instrumen.
b)Pengujian validitas isi untuk membandingkan isi instrumen  dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
c)Pengujian validitas eksternal
Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti.
2.Pengujian reliabilitas instrumen
Pengujian ini dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara kesternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Jumat, 21 Agustus 2015

VARIABEL DALAM PENELITIAN


A.      Pengertian
1.     Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
2.     Ibnu Hajar (1999:156) yang mengartikan variabel adalah objek pengamatan  atau fenomena yang diteliti.
3.     Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
4.     M. Nazir (1999:149) variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. 
5.     Variabel adalah gejala atau obyek penelitian yang bervariasi, contoh: 1) variabel jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), 2) variabel profesi (guru, petani, pedagang).

B.    Macam-macam Variabel
              1. Variabel Kuantitatif.
a.    Variabel diskrit ( nominal,kategorik) yaitu variabael 2 kutub berlawanan.
 Contoh: 
1) Kehadiran : hadir, tidak hadir
2) Jenis kelamin : laki-laki, perempuan.
             b. Variabel kontinum
1) Variabel  Ordinal : variabel tingkatan. Contoh: Satria terpandai, Raka pandai, Yudit tidak pandai.
2) Variabel Interval: variabel jarak. Contoh: jarak rumah Anto kesekolah 10 km, sedangkan Yuli 5 km maka vr intervalnya adalah 5 km.
3)Variabel Ratio: variabel perbandingan (sekian kali). Contoh: berat badan Heri 80 kg, sedangkan berat badan Upi 40 kg, maka berat badan Heri 2 kali lipat Upi. 

2. Variabel Kualitatif
     adalah variabel yang menunjukkan suatu intensitas yang sulit diukur dengan angka. Contoh : kedisiplinan, kemakmuran dan kepandaian.

3. Variabel Independen (Pengaruh, Bebas, Stimulus, Prediktor).
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan-nya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

4.    Variabel Dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria, Konsekuen).
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.
Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap Motivasi Pembelian. Iklan = Variabel Independen Motivasi Pembelian = Variabel Dependen.

5.    Variabel Moderator.
Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen kedua. Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan suami isteri. Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah hubungan suami isteri.

6.       Variabel Intervening (Antara).
Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur. Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Dependen).

7.     Variabel Kontrol.
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.

Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variable control berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor pendidikan.

Variabel dapat didefinisikan dengan dua cara.

Ada definisi konsep dan ada definisi opersional.

Definisi konsep adalah definisi yang telah menjadi teoriTeori ini ada dalam setiap buku teks yang disarankan oleh para dosen (sesuai bidang ilmu masing-masing).

Misalnya, 
Menurut pendapat X, motivasi adalah....., perilaku konsumen adalah...., perilaku organisasi adalah...., pelatihan adalah......, strategi produk adalah...., penetapan harga adalah....., promosi adalah...., distribusi adalah....kepuasan konsumen adalah.....lingkungan kerja adalah....., kepuasan kerja adalah...., produktivitas adalah...., kinerja adalah......, pelanggan adalah...., konsumen adalah..., pasar adalah...penjualan adalah.....dll

Dalam karya ilmiah berupa skripsi (S1), tesis (S2) dan desertasi (S3/program doktor), definisi konsep ini diuraikan dalam Bab Tinjauan Teori atau Tinjauan Kepustakaan. Itu semua adalah definisi konsep.

 Definisi operasional variabel

Definisi operasional variabel
 adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara riil, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti.
Operasionalisasi (variable) adalah proses mendefinisikan variable dengan tegas,  sehingga menjadi faktor-faktor yang dapat diukur. Mengapa?
Definisi “konsep”, sering masih samar bagi pembaca hasil riset. Bagi orang awam, definisi konsep bisa masih sangat samar (fuzzy). Itulah sebabnya, operasionalisasi variable atau mendefinisikan variable secara lebih tegas, menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Perhatikan ilustrasi hipotesis (penelitian) berikut!
"Anak-anak tumbuh lebih cepat jika mereka mengkonsumsi sayuran"
Apa yg dimaksud dengan pernyataan tersebut?
Perhatikan kata "anak-anak"!
Siapa anak-anak yang dimaksud dalam penelitian itu?
Apakah mereka dari Amerika, Indonesia, Afrika?
Ada begitu banyak anak-anak di dunia, bagaimana Anda mendefinisikan sampel penelitian?
Perhatikan kata "tumbuh"!
Bagaimana kata “tumbuh” didefinisikan?
Bertambah berat, tinggi, tumbuh secara mental, atau tumbuh lebih kuat?
Bagaimana kemudian kita mendefinisikan sampel penelitian?
Lalu perhatikan kata “lebih cepat”!
Bagaimana mengukur/melihatnya?
Unit atau skala waktu apa yang akan digunakan?
Lalu perhatikan juga kata “sayuran”!
Begitu banyak ragam sayuran di dunia ini.
Sayuran mana yang Anda teliti?


Inilah mengapa sebabnya “operasionalisasi variable” menjadi bagian yang sangat penting dilakukan dalam penelitian.
Tiap faktor yang secara konsep masih samar, harus dibuat definisinya dengan lebih tegas. hal ini akan sangat terkait dengan pengambilan sample penelitian.
Contoh lain:
Menurut Fandy Tjiptono (1997), kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. (INI DEFINISI KONSEP).
Apa yang dikemukakan oleh Fandy tersebut adalah pengertian secara umum. Padahal Anda kan sedang mengadakan penelitian tentang kepuasan/ketidakpuasan pelanggan terhadap Kinerja Maju Unggul Airlines? Jadi, bagaimana?
Definisi konsep saja belum cukup bagi pembaca/penikmat tulisan ilmiah anda. Anda harus mendefinisikan variabel, secara lebih operasional (dapat dipahami/jelas/tegas). Inilah yang dinamakan Definisi Operasional. 
Apakah sebenarnya yang anda maksud dengan “kepuasan pelanggan” DALAM penelitian yang sedang anda lakukan ini?
Apa sesungguhnya yang Anda maksud dengan “kinerja” DALAM penelitian Anda ?
(yang ANDA maksud, BUKAN yang dimaksudkan oleh para teoritikus/pakar)
Nah, jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang dimaksud dengan definisi operasional variabel penelitian anda.
Anda harus mendefinisikan (secara lebih operasional/tegas) variabel kepuasan dan Anda juga harus mendefinisikan (secara lebih operasional/tegas) variabel kinerja.

Anda dapat menuliskannya seperti ini:
“Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan adalah kepuasan pelanggan Maju Unggul Airlines, yang berarti perbedaan antara harapan konsumen Maju unggul, Airlines., dengan kinerja Maju Unggul., Airlines.

Secara operasional, variabel kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai “respon pelanggan Maju Unggul Airlines, yang dinyatakan dengan rasa sangat tidak puas hingga sangat puas, terhadap kinerja Maju Unggul Airlines”.

Perhatikan!, konsumen diminta memberi respon terhadap kinerja Maju Unggul Airlines. Oleh karenanya, Anda harus mendefinisikan kinerja. Anda harus ingat  Maju Unggul Airlines, bergerak dalam bidang apa? Jasa penerbangan, misalnya. Maka, Anda harus cari teori yang terkait dengan kinerja. Dengan kata lain, temukan dulu definisi konsepnya. Anda dapat berangkat dari sini:

Menurut Peppard dan Rowland (1995), faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan adalahperformance, features, reliability, conformance to specification, ......(INI ADALAH DEFINISI KONSEP).

Menurut Fandy Tjiptono (1997), dalam mengevaluasi atau menilai kinerja jasa yang bersifat intagible, umumnya menggunakan beberapa faktor antara lain reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness.(INI ADALAH DEFINISI KONSEP)

Jadi bagaimana definisi operasional kinerja?
“Kinerja, dalam penelitian ini adalah kinerja Maju Unggul, Airlines, yang diukur (dilihat) dari lima faktor pelayanan, yaitu reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness.”  Apakah ini sudah selesai?

Ini belum selesai!
Belum cukup operasional, ini masih samar! Karena pembaca masih akan bertanya-tanya apa yang anda maksud dengan reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness. Selama pembaca masih meraba-raba, masih belum jelas, itu berarti definisi anda belum mencapai "definisi operasional" (masih berkutat pada definisi konsep).

Tanda-tanda bahwa definisi operasional Anda jelas adalah : pembaca tidak lagi punya pertanyaan tentang variabel anda, sebab Anda sudah menjelaskan hingga tuntas, sampai pada bagaimana cara mengukurnya. Artinya, semua sudah terjelaskan.

Oleh karenanya, cari dan putuskan terlebih dahulu definisi konsep mana yang Anda rujuk/ Anda gunakan sebagai rujukan/referensi, untuk masing-masing faktor/variabel tersebut, yakni apa yang dimaksud denganreliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness. LALU>>>

Cobalah mendefinisikan secara operasional dengan mengikuti pola seperti ini:
o   Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan reliability adalah terbang tepat waktu dan tiba di tujuan sesuai jadwal....,
o   yang dimaksud dengan assurance adalah.... reputasi yang baik dalam hal keselamatan penumpang,
o   Tangible adalah....pesawat, tempat pemesanan tiket, seragam...
o   Emphaty adalah....memahami kebutuhan khusus penumpang, mengantisipasi kebutuhan pelanggan.
o   Responsiveness adalah..... sistem ticketing, inflight dan penanganan bagasi yang cepat,

3. Apa yang dimaksud dengan indikator?

Definisi operasional (seperti telah dijelaskan sebelumnya), sangat erat kaitannya dengan indikator. Berbicara Indikator adalah berbicara tentang ukuran dan bagaimana mengukurnya.

Masih relevan dengan contoh di atas.
Indikator bahwa pelanggan puas terhadap kinerja Maju Unggul, Airlines ,adalah mereka (responden) memberi nilai sangat penting/ sangat setuju/sangat baik hingga sangat tidak penting/ sangat tidak setuju/sangat tidak baik/sangat tidak puas terhadap hal-hal/pernyataan berikut:
·      Maju Unggul Airlines, terbang tepat waktu dan sampai di tujuan dengan tepat waktu
·      Maju Unggul Airlines, memiliki pesawat yang bagus dan nyaman
·      Maju Unggul Airlines, menyediakan tempat pemesanan tiket yang memadahi, bagus dan nyaman
·      Seragam pramugari Maju Unggul Airlines, sedap dipandang mata
·      Maju Unggul Airlines, mempunyai reputasi yang baik dalam hal keselamatan penumpang
·      Maju Unggul Airlines memahami kebutuhan khusus penumpang,
·                  Maju Unggul Airlines mengantisipasi kebutuhan pelanggan.
·                  Maju Unggul Airlinesmenyediakan sistem ticketing yang bagus dan canggih,
·                  Maju Unggul Airlines menyediakan layanan inflight yang bagus,
·                  Maju Unggul Airlines menangani bagasi dengan cepat tepat dan aman.
Nah, itulah ilustrasi tentang variabel dan indikator. Bagaimana?

Anda tidak akan dapat menentukan indikatornya sebelum menemukan definisi konsepnya dan membuat penjelasan tentang definisi operasional variabel penelitian Anda. Selamat belajar!